LAPAR DAN KANTUK - SEBUAH DILEMMA

Gambar: Beyond the confines sanity's Tumblr

   Lapar dan kantuk, sangat manusiawi untukku merasakan keduanya. Semuanya sama-sama nikmat, sama-sama memerlukakan suatu tindakan untuk memuaskannya. Yup, apalagi kalau bukan tidur dan makan. Semua akan terasa normal jika mereka berdua tidak datang secara bersamaan. It's such a desease, percayalah.

    Malam ini, seperti malam pada umumnya. Langit yang gelap, terkadang dihiasi taburan bintang-bintang serta rembulan. Anginnya yang sejuk dan nyanyian jangkring dan kodok khas setelah hujan reda semakin mendukung kengantukan yang hakiki ini. That's a good news, until you realize that you're starving. Berharaplah kalian tidak akan merasakan itu, kecuali kalian siap dengan segala dilemmanya. Aku tidak bercanda. 

    Malam ini kuputuskan untuk tidur awal, well, 11.00 PM. Setidaknya sudah lebih awal dari biasanya, menurutku. Yup, niatku sudah terkumpul di ubun-ubun, menyatu dengan raga dan siap untuk terlaksana. Setidaknya aku sudah mengantuk. Aku rebahkan tubuhku, kutarik selimut, menghela nafas panjang lalu berkata dalam hati 'ya, ayo tidur'. Begitu rencana awalnya. Hingga sensasi aneh mulai menggeliat di perutku.

    Perutku yang awalnya tenang, diam seolah tak pernah ada, mulai menunjukan gejalanya; sedikit panas, perih dan bunyi kruyuk yang khas. Well, itu menandakan sesuatu. Aku lapar.

    Tahukah kalian, jika kalian sedang lapar, kalian akan susah untuk tertidur, bahkan dalam beberapa kasus, mustahil untuk terlelap. Lagi-lagi aku tidak berbohong. Rasa itu akan terus menghantuimu, di sisi lain kantukpun tak menyerah untuk mengikatmu. Apa yang akan kau lakukan di saat seperti ini? Melangkah dan mulai melahap beberapa makanan atau menyerah pada peraduan? Di sinilah misterinya berada. Sebuah dilemma.